LATAR
BELAKANG
1.
Definisi Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan
dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama
dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya
seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari
diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara
genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada
budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu
dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya
bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan
perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak
kegiatan sosial manusia.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan
ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi
budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan
oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri.”Citra
yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti
“individualisme kasar” di Amerika, “keselarasan individu dengan alam” d Jepang
dan “kepatuhan kolektif” di Cina. Citra budaya yang brsifat memaksa tersebut
membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan
menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya
yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan
hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu
kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan
memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
2.
Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan
masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa
segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang
dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah
Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang
turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut
sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan
pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan
struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala
pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan
keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan
lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi,
kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh
pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat
pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran
manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat
nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,
religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia
dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
TUJUAN
3.
Cara pandang terhadap kebudayaan
3.1 Kebudayaan Sebagai Peradaban
Saat ini, kebanyakan orang memahami gagasan “budaya”
yang dikembangkan di Eropa pada abad ke-18 dan awal abad ke-19. Gagasan tentang
“budaya” ini merefleksikan adanya ketidakseimbangan antara kekuatan Eropa dan
kekuatan daerah-daerah yang dijajahnya. Mereka menganggap ‘kebudayaan’ sebagai
“peradaban” sebagai lawan kata dari “alam”. Menurut cara pikir ini, kebudayaan
satu dengan kebudayaan lain dapat diperbandingkan; salah satu kebudayaan pasti
lebih tinggi dari kebudayaan lainnya.
Pada prakteknya, kata kebudayaan merujuk pada
benda-benda dan aktivitas yang “elit” seperti misalnya memakai baju yang
berkelas, fine art, atau mendengarkan musik klasik, sementara kata
berkebudayaan digunakan untuk menggambarkan orang yang mengetahui, dan mengambil
bagian, dari aktivitas-aktivitas di atas. Sebagai contoh, jika seseorang
berpendendapat bahwa musik klasik adalah musik yang “berkelas”, elit, dan
bercita rasa seni, sementara musik tradisional dianggap sebagai musik yang
kampungan dan ketinggalan zaman, maka timbul anggapan bahwa ia adalah orang
yang sudah “berkebudayaan”.
Orang yang menggunakan kata “kebudayaan” dengan cara
ini tidak percaya ada kebudayaan lain yang eksis; mereka percaya bahwa
kebudayaan hanya ada satu dan menjadi tolak ukur norma dan nilai di seluruh
dunia. Menurut cara pandang ini, seseorang yang memiliki kebiasaan yang berbeda
dengan mereka yang “berkebudayaan” disebut sebagai orang yang “tidak
berkebudayaan”; bukan sebagai orang “dari kebudayaan yang lain.” Orang yang
“tidak berkebudayaan” dikatakan lebih “alam,” dan para pengamat seringkali
mempertahankan elemen dari kebudayaan tingkat tinggi (high culture) untuk
menekan pemikiran “manusia alami” (human nature)
Sejak abad ke-18, beberapa kritik sosial telah
menerima adanya perbedaan antara berkebudayaan dan tidak berkebudayaan, tetapi
perbandingan itu -berkebudayaan dan tidak berkebudayaan- dapat menekan
interpretasi perbaikan dan interpretasi pengalaman sebagai perkembangan yang
merusak dan “tidak alami” yang mengaburkan dan menyimpangkan sifat dasar
manusia. Dalam hal ini, musik tradisional (yang diciptakan oleh masyarakat
kelas pekerja) dianggap mengekspresikan “jalan hidup yang alami” (natural way
of life), dan musik klasik sebagai suatu kemunduran dan kemerosotan.
Saat ini kebanyak ilmuwan sosial menolak untuk
memperbandingkan antara kebudayaan dengan alam dan konsep monadik yang pernah
berlaku. Mereka menganggap bahwa kebudayaan yang sebelumnya dianggap “tidak
elit” dan “kebudayaan elit” adalah sama – masing-masing masyarakat memiliki
kebudayaan yang tidak dapat diperbandingkan. Pengamat sosial membedakan
beberapa kebudayaan sebagai kultur populer (popular culture) atau pop kultur,
yang berarti barang atau aktivitas yang diproduksi dan dikonsumsi oleh banyak
orang.
3.2 Kebudayaan sebagai “sudut pandang
umum”
Selama Era Romantis, para cendekiawan di Jerman,
khususnya mereka yang peduli terhadap gerakan nasionalisme – seperti misalnya
perjuangan nasionalis untuk menyatukan Jerman, dan perjuangan nasionalis dari
etnis minoritas melawan Kekaisaran Austria-Hongaria – mengembangkan sebuah
gagasan kebudayaan dalam “sudut pandang umum”. Pemikiran ini menganggap suatu
budaya dengan budaya lainnya memiliki perbedaan dan kekhasan masing-masing.
Karenanya, budaya tidak dapat diperbandingkan. Meskipun begitu, gagasan ini masih
mengakui adanya pemisahan antara “berkebudayaan” dengan “tidak berkebudayaan”
atau kebudayaan “primitif.”
Pada akhir abad ke-19, para ahli antropologi telah
memakai kata kebudayaan dengan definisi yang lebih luas. Bertolak dari teori
evolusi, mereka mengasumsikan bahwa setiap manusia tumbuh dan berevolusi
bersama, dan dari evolusi itulah tercipta kebudayaan.
Pada tahun 50-an, subkebudayaan – kelompok dengan
perilaku yang sedikit berbeda dari kebudayaan induknya – mulai dijadikan subyek
penelitian oleh para ahli sosiologi. Pada abad ini pula, terjadi popularisasi
ide kebudayaan perusahaan – perbedaan dan bakat dalam konteks pekerja
organisasi atau tempat bekerja.
3.3 Kebudayaan sebagai Mekanisme Stabilisasi
Teori-teori yang ada saat ini menganggap bahwa (suatu)
kebudayaan adalah sebuah produk dari stabilisasi yang melekat dalam tekanan
evolusi menuju kebersamaan dan kesadaran bersama dalam suatu masyarakat, atau
biasa disebut dengan tribalisme.
4. Penetrasi kebudayaan
Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara:
4.1 Penetrasi damai (penetration
pasifique)
Masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai.
Misalnya, masuknya pengaruh kebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia. Penerimaan
kedua macam kebudayaan tersebut tidak mengakibatkan konflik, tetapi memperkaya
khasanah budaya masyarakat setempat. Pengaruh kedua kebudayaan ini pun tidak
mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli budaya masyarakat.
Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan
Akulturasi, Asimilasi, atau Sintesis. Akulturasi adalah bersatunya dua
kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur
kebudayaan asli. Contohnya, bentuk bangunan Candi Borobudur yang merupakan
perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia dan kebudayaan India. Asimilasi
adalah bercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru.
Sedangkan Sintesis adalah bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada
terbentuknya sebuah kebudayaan baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.
4.2 Penetrasi Kekerasan (penetration violante)
Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan
merusak. Contohnya, masuknya kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman
penjajahan disertai dengan kekerasan sehingga menimbulkan goncangan-goncangan
yang merusak keseimbangan dalam masyarakat. Wujud budaya dunia barat antara
lain adalah budaya dari Belanda yang menjajah selama 350 tahun lamanya. Budaya
warisan Belanda masih melekat di Indonesia antara lain pada sistem pemerintahan
Indonesia.
Kebudayaan, kesenian, bukum, adat istihadat dan
setiap kemampuan lain dan kebiasaan yang dimiliki oleh manusia sebagai anggota
suatu masyarakat. Misalnya: dari alat-alat yang paling sederhana seperti
asesoris perhiasan tangan, leher dan telinga, alat rumah tangga, pakaian,
system computer, non materil adalah unsur-unsur yang dimaksudkan dalam konsep
norma-norma, nilai-nilai, kepercayaan / keyakinan serta bahasa.
Para kebudayaan sering mengartikan norma sebagai
tingkah laku rata-rata, tingkah laku khusus atau yang selalu dilakukan berulang
– ulang. Kehidupan manusia sellau ditandai oleh norma sebagai aturan sosial
untuk mematok perilaku manusia yang berkaitan dengan kebaikan bertingkah lak,
tingkah laku rata-rata atau tingkah laku yang diabstaksikan. Oleh karena itu
dalam setiap kebudayaan dikenal norma-norma yang ideal dan norma-norma yang
kurang ideal atau norma rata-rata. Norma ideal sangat penting untuk menjelaskan
dan memahami tingkah laku tertentu manusia, dan ide tentang norma-norma
tersebut sangat mempengaruhi sebagian besar perilaku sosial termasuk perlaku
komunikasi manusia.
Nilai adalah konsep-konsep abstrak yang dimiliki
oleh setiap individu tentang apa yang dianggap baik atau buruk, benar atau
salah, patut atau tidak patut.
Unsur penting kebudayaan berikutnya adalah
kepercayaan / keyakinan yang merupakan konsep manusia tentang segala sesuatu di
sekelilingnya. Jadi kepercayaan / keyakinan itu menyangkut gagasan manusa
tentang individu, orang lain, serta semua aspek yang berkaitan dengan biologi,
fisik, sosial, dan dunia supernatural. Unsure penting kebudayaan adalah bahasa,
yakni system kodifikasi kode dan symbol baik verbal maupun non verbal, demi
keperluan komunikasi manusia.
Definisi kebudayaan di atas seolah bergerak dari
suatu kontinum nilai kepercayaan kepada perasaan dan perilaku tertentu.
Perilaku tertentu. Perilaku tersebut merupakan model perilaku yang diakui dan
diterima oleh pendukung kebudayaan sehingga perilaku itu mewakili norma-norma
budaya.
MENURUT
PARA AHLI
Kebudayaan dalam Pandangan Sosiologi
Bagaimana para sosiolog mendefinisikan kebudayaan
Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari interaksi sosial antar manusia dalam
masyaralat mendefinisikan kebudayaan sebagai berikut :
1. Keseluruhan (total) atau pengorganisasian way of
life termasuk nilai-nilai, norma-norma, institusi, dan artifak yang dialihkan
dari satu generasi kepada generasi berikutnya melalui proses belajar
(Dictionary of Modern Sociology).
2. Francis Merill mengatakan bahwa kebudayaan adalah
:
• Pola-pola perilaku yang dihasilkan oleh interaksi
sosial
• Semua perilaku dan semua produk yang dihasilkan
oleh seseorang sebagai anggota suatu masyarakat yang di temukan melalui
interaksi simbolis.
3. Bounded et.al (1989), kebudayaan. adalah sesuatu
yang terbentuk oleh Pengembangan dah transmisi dari kepercayaan manusia melalui
simbol-simbol tertentu, misalnya symbol bahasa sebagai rangkaian simbol. yang
digunakan untuk mengalihkan keyakinan budaya di antara para anggota suatu
masyarakat. Pesan-pesan tentang kebudayaan yang diharapkan dapat ditemukan di
dalam media, pernerintahan, institusi agama, sistem pendidikan dan semacam itu.
4. Mitchell (ed) dalam Dictionary of Soriblogy
mengemukakan, kebudayaan adalah sebagian dari perulangan keseluruhan tindakan
atau aktivitas manusia (dan produk yang dihasilkan manusia) yang telah
memasyarakat secara sosial dan bukan sekedar dialihkan secara genetikal.
Kebudayaan
Dalam Pandangan Antropologi
Bagaimana seorang antropolog mendefinisikan
kebudayaan?
1. Berdasarkan. Eri cyclopedia of Sociology,
kebudayaan menurut Para antropolog diperkenalkan Pada abad 19. Gagasan ini
Pertama. kali muncul di zaman renaisans untuk menggarnbarkan adat istiadat,
kepercayaan, bentuk-bentuk sosial, dan bahasa-bahasa Eropa. di masa. silam yang
berbeda dengan masa kini. Periode kedua dari kebudayaan terjadi tatkala konsep
ini mulai mendapat pengakuan bahwa kini manusia itu berbeda-beda berdasarkan
wilayah diatas muka bumi, variasi itu diperkuat oleh bahasa yang mereka
gunakan, ritual yang mereka praktekan serta berdasarkan jenis-jenis masyarakat
di mana mereka tinggal.
2. Malinowski mengatakart bahwa kebudayaan merupakan
kesatuan dari dua aspek fundamental, kesatuan pengorganisasian yaitu tubuh
artifak dan sistem adat istiadat.
3. Kebudayaan adalah perilaku yang dipelajari,
seorang tidak dapat dilahirkan dengan tanpa kebudayaan, kebudayaan itu bersifat
universal, setiap manusia memiliki kebudayaan yang dia peroleh melalui usaha
sekurang-kurangnya melalui belajar secara biologis.
Kebudayaan merupakan “jumlah” dari seluruh sikap,
adapt istiadat, dan kepercayaan yang membedakan sekelompok orang dengan
kelompok lain, kebudayaan ditransmisikan melalui bahasa, objek material,
ritual, institusi (milsanya sekolah), dan kesenian, dari suatu generasi kepada
generasi berikutnya. (Dictionary of Cultural Literacy).
Beberapa
Konsep Yang Berkaitan Dengan Kebudayaan
Untuk memahami kebudayaan secara keselurahan maka
ada baiknya saya mengemukakan beberapa konsep yang berkaitan dengan kebudayaan,
beberapa diantaranya selalu digunakan secara bergantian dalam membahas
komunikasi antar budaya.
• Budaya Dominan
• Common culture
• Sub kultur
• Cultural lag
• Culture shock
• Kebudayaan tradisional
• Multikultural
APA
ITU EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARBUDAYA??
Yakni menciptakan komunikasi yang efektif melalui
pemaknaan yang sama atas pesan yang dipertukarkan.
Secara umum, sebenarnya tujuan komunikasi antar
budaya antara lain untuk menyatakan identitas sosial dan menjebatani perbedaan
antar budaya melalui perolehan infomasi baru, pengalaman atas kekeliruan dalam
komunikasi antar budaya sering membuat manusia makin berusaha mengubah
kebiasaan berkomunikasi, paling tidak melalui pemahaman terhadap latar belakang
budaya orang lain. Menurut Wiliam Howell (1982), setiap individu mempunyai
tingkatan kesadaran dan kemampuan yang berbeda-beda dalam berkomunikasi antar budaya.
Tingkat kesadaran dan kemampuan itu terdiri atas empat kemungkinan, yaitu :
1. Seseorang sadar bahwa dia tidakmampu memahami
budaya orang lain.
2. Dia sadar bahwa dia mampu memahami budaya orang
lain.
3. Dia tidak sadar bahwa dia mampu memahami budaya
orang lain.
4. Dia tidak sadar bahwa dia tidak mampu menghadapi
perbedaan antarbudaya, keadaan ini terjadi manakala seseorang sama sekali tidak
menyadari bahwa sebenarnya dia tidak mampu menghadapi perilaku budaya orang
lain.
Para ahli komunikasi antarbudaya mengemukakan
berbagai konsep tentang effektivitas komunikasi antarbudaya, milsanya :
1. Komunikasi antarbudaya akan efektif kalau setiap
orang yang terlibat dalam proses komunikasi mampu meletakkan dan memfugnsikan
komunikasi di dalam suatu konteks kebudayaan tertentu.
2. Efektivitas komunikasi antarbudaya sangat
ditentukan oleh sejauhman manusia meminimalkan kesalahpahaman atas pesan-pesan
yang dipertukarkan oleh komunikator dan komunikan antarbudaya.
3. Salah satu studi yang pernah dilakukan Hammer
(1987) menetapkan tiga tema sentral efektivitas komunikasi,
Berdasarkan konsep tersebut diatas maka uraian ini
membahas suatu pendekatan umum yang menerangkan sejauh mana pengaruh
factor-faktor pribadi atau gaya komunikasi individu mampu memberikan konstribusi
atau bahkan memprediksi efektivitas komunikasi antarbudaya.
AKSIOMA
EFEKTIVITAS KOMUNKASI ANTARBUDAYA
Dikatakan sebagai aksioma Karena konsep yang hendak
dipahami itu selalu ada dalam perikehidupan manusia.
EFEKTIVITAS
HUBUNGAN DAN KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
Yang lebih penting adalah motivasi antarpirbadi yang
ada di balik hubungan sosial itu sehingga mampu memberikan atribusi bagi
pengembangan hubungan social dan kepuasaan hubungan antarpribadi.
Efektivitas komunikasi antarbudaya didahului oleh
hubungan antarbudaya. Hubungan antarbudaya bukan terjadi sekilas tetapi terus
menerus sehingga kualitas berubah dan mengalami kemajuan kearah kualitas
hubungan yang baik dan semakin baik.
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DAN IKLIM
KOMUNIKASI YANG POSITIF
Iklim komunikasi yang positif akan mendukung fungsi
komunikasi sedangkan iklim komunikasi yang negative akan menghambat fungsi
komunikasi. Iklum komunikasi yang positif maupun negarif itu ditentukan oleh
tiga factor yang positif maupun negative itu ditentukan oleh tiga factor
berikut ini :
1. Faktor derajat kognitif
2. Perasaan positif, dan
3. Tindakan yang menunjukan kemampuan.
FAKTOR DERAJAT KOGNITIF
Komunikasi antarbudaya mengharuskan setiap pelakunya
berusaha mendapatkan, mempertahankan dan mengembangkan aspek-aspek kognitif
bersama.
Indentitas pribadi
Indentitas pribadi itu berasal dari pengalaman
pribadi saya yang unik, sedangkan identitas social merupakan cirri khas
kelompok budaya yang saya peroleh dari pengalaman bergaul dengan kelompok
budaya saya.
Tindakan yang Menunjukkan Kemampuan
Dimensi terakhir dari iklim komunikasi yang positif
adalah tindakan untuk menunjukkan kemampuan yang kita sebut tingkat perilaku.
Identitas Variabel Komunikasi Antarbudaya
Tiga komponen penting bagi pecinta kompetensi
komunikator, yakni motivasi berkomunikasi antarbudaya, pengetahuan, yakni
motivasi berkomunikasi antarbudaya, pengetahuan dan keterampilan berkomunikasi
antarbuday.
Pesan kita bicara tentang pesan dalam komunikasi
antar budaya yaitu pesan yang berisi maksud, pikiran, dan gagasan seorang
komunikator. Pesan-pesan itu biasa berbentk verbal dan non verbal yang dapat
dipahami bersama.
Media kita berbicara mengenai media antarbudaya,
yang oleh komunikator dapat dilakukan melalui pemilihan media yang
menghubungkan perbedaan dua atau lebih budaya. Media itu bisa merupakan pilihan
bentuk komunikasi, cara dan kebiasaan berkomunikasi antarpribadi,
antarkelompok, komunikasi public dan komunikasi massa.
Komunikan kita berbicara mengani komunikan, yakni
sasaran komunikasi yang berbeda kebudayaan dengan komunikator.
Efek Kita berbicara tentang efek atau umpan balik
komunikasi antarbudaya berarti berbicara tentang bentuk-bentuk dari dampak.
Keterampilan Komunikasi dan Manusia Terisolasi
Ada empat factor yang membentuk keterampilan
berkomunikasi antarbudaya, yakni :
1. bagaimana mengubah diri menjadi lebih sadar
tentang hakikat interaksi antarbudaya.
2. Bersikap toleran terhadap interaksi dan
pesan-pesan yang seringkali bersikap mendua.
3. Bersikap Empati, dan
4. Kemampuan untuk mengurangi tingkat ketidakpastian
dalam interaksi antarbudaya.
Variabel Gaya Pribadi
Komunikasi antarbudaya yang difungsional itu
disebabkan Karena orang terlalu menampilkan self oriented yang berlebihan
sehingga orang itu menjadi congkak, dan menunjukkan gagasan gaya pribadi
berikut ini sering kali tampil dalam komunikasi antar pribadi.
Etniosentrisme
Etniosentrisme adalah suatu perasaan superior atau
keunggulan dari suatu kelompk orang yang menganggap kelompok lain lebih
interior dan kurang unggul.
Toleransi, Sikap Mendua dan Keluwesan
Komunikasi antarbudaya mengandung sifat mendua,
yakni kebudayaan sendiri maupun kebudayaan orang lain.
Empati
Empati dimaksudkan agar anda mulai mengerti dan
memahami orang lain “dari dalam”, dari kerangka piker (gagasa yang dia
komunikasika), perasaan dan perbuatan (Rogers, 1983), Tindakan empati di awal
komunikasi antarbudaya dapat dilakukan melalui kegiatan mendengar secara aktif
dan akurat, demikian yang dikemukakan oleh Hammer (1989) Liliweri (1994).
Keterbukaan
Dengan keterbukaan bukan berarti bahwa setiap orang
harus membuka diri seluas-luasnya, namun membuka kesempatan untuk sama-sama
mengetahui informasi tentang diri maupun tentang lawan bicara.
Kompleksitas Kognitif
Kompleksitas Kognitif mengacu pada kemampuan pribadi
untuk mengetahui, dan mengalami orang lain.
http://www.mediafire.com/?6vwoa4yk3m9vs2j
1 komentar:
Kartu Kredit Bukopin adalah Kartu Kredit dengan berbagai Program Menarik & Variatif untuk kebutuhan Anda beserta Keluarga yang tidak membedakan Tingkat Bunga Transaksi Belanja maupun Penarikan Uang Tunai.
Untuk keperluan belanja atau kebutuhan tunai, Anda dapat mengandalkan Kartu Kredit Bukopin VISA dan MASTERCARD, Kartu ini memberikan banyak kemudahan dan sekaligus keuntungan bagi Anda.
Tingkat Bunga yang tidak membedakan transaksi belanja maupun tarik tunai Kartu Kredit Bukopin VISA dan MASTER memberikan suku bunga yang ringan dan kompetitif.
eward program
Setiap transaksi belanja dengan Kartu Kredit Bukopin akan mendapat poin reward yang bisa di tukar dengan hadiah menarik.
Executive Lounge
Bagi pemegang Kartu Kredit Bukopin Platinum, tersedia fasilitas Airport Lounge untuk menunggu penerbangan di bandara yang bekerjasama, sehingga menjadikan perjalanan Anda lebih nyaman dan menyenangkan.
Pembayaran Melalui E-Banking & ATM Bersama.
Pembayaran tagihan Kartu Kredit Bukopin dapat dilakukan melalui Internet Banking, seluruh ATM Bukopin, ATM CIMB Niaga, ATM BNI, ATM BII, ATM BTN dan semua ATM Bank lain yang tergabung dalam jaringan ATM Bersama di seluruh Indonesia.
Penarikan Tunai Via ATM.
Nikmati bunga tarik tunai yang sama besarnya dengan bunga belanja. Biaya tarik tunai terendah hanya 2% atau minimal Rp.50 ribu (mana yang lebih besar).
Bukopin One Payment.
Fasilitas pembayaran rutin bulanan (berlaku untuk semua kartu) untuk Telkom, Speedy, PLN, Indovision, Palyja dan Aetra serta tagihan handphone pasca bayar (Tagihan pasca bayar dari operator : Telkomsel, XL, 3, Axis, Mobile-8, Esia), Top Up Pulsa (operator : Telkomsel, XL, Indosat, 3, Axis, Mobile-8 dan Esia).
Purchase Protection Insurance.
Secara otomatis seluruh barang yang dibeli dengan Kartu Kredit Bukopin Platinum dilindungi dari kerusakan atau kecurian dengan nilai perlindungan maksimal sebesar Rp.30 juta per barang. Perlindungan diberikan 30 hari sejak tanggal pembelian di wilayah Indonesia atau 40 hari untuk pembelian di luar negeri.
Travel Accident Insurance.
Pembelian tiket penerbangan dengan Kartu Kredit Bukopin, secara otomatis mendapatkan perlindungan asuransi kecelakaan, khusus untuk Kartu Kredit Bukopin Platinum perlindungan hingga Rp.4 miliar. Perlindungan diberikan sejak perjalanan ke bandara, selama di bandara, selama di pesawat dan turun dari pesawat hingga sampai di tempat tujuan.
Travel Inconvenience Insurance.
Sebagai pemegang Kartu Kredit Bukopin Platinum secara otomatis Anda mendapatkan perlindungan atas ketidaknyamanan yang disebabkan oleh keterlambatan penerbangan, kehilangan bagasi, keterlambatan bagasi.
Cicilan 0%
Manfaatkan fasilitas Cicilan Tanpa Bunga dari merchant-merchant pilihan Bank Bukopin.
Call Center 24 Jam.
Untuk informasi atau anda memerlukan bantuan segera, tersedia Layanan Call Center 24 Jam untuk Anda. Hubungi Halo Bukopin 14005, officer kami siap melayani Anda 24 Jam sehari, 7 hari seminggu.
UNTUK PENGAJUAN AREA JATENG HUB CHAIRUL VIA SMS / TELP 085229348635.
ALAMAT KANTOR JL BULUSTALAN 4 NO 418 SEMARANG.
Posting Komentar