Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Jumat, 27 April 2012

FILSAFAT KEINDAHAN DAN HUBUNGANYA DENGAN MANUSIA


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia pada umumnya senang pada sesuatu yang indah, baik terhadap keindahan alam maupun terhadap keindahan seni. Keindahan alam adalah keharmonisan yang menakjubkan dari hokum-hukum alam, yang dibukakan untuk mereka yang mempunyai kemampuan untuk menerimanya. Sedangkan keindahan seni adalah keindahan buatan atau hasil ciptaan manusia, yaitu buatan seseorang (seniman) yang mempunyai bakat untuk menciptakan sesuatu yang indah.
Rata-rata manusia apabila melihat sesuatu yang indah pasti akan terpesona. Memang benar, tidak semua orang memiliki kepekaan terhadap suatu keindahan. Akan tetapi pada umumnya manusia mempunyai perasaan keindahan.
Keindahan tentang seni telah lama menarik perhatian para ahli atau filosof, sejak zaman plato sampai zaman modern sekarang ini. Teori tentang keindahan seni ini muncul karena mereka menganggap bahwa seni adalah pengetahuan perspektif perasaan yang khusus. Keindahan seni ini juga telah memberikan warna tersendiri dalam sejarah peradaban manusia, oleh karena itu dalam makalah ini akan kami bahas tentang pengertian keindahan, sejarah perkembangan serta hubungan antara manusia dengan keindahan.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian keindahan?
2. Bagaimana sejarah perkembangan Filsafat Keindahan?
3. Bagaimana hubungan manusia dan keindahan?
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian keindahan.
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Filsafat Keindahan.
3. Untuk mengetahui hubungan manusia dan keindahan.




BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Keindahan
Keindahan merupakan suatu rasa senang seorang yang sedang melihat suatu yang indah. Ada banyak batasan tentang keindahan yang sampai sekarang belum ada kata sepakat tentang definisi keindahan yang obyektif. Mengenai batasan keindahan pada umumnya menurut HabibMustopo dapat digolongkan menjadi 2 kelompok, yaitu:
a. Definisi-definisi yang bertumpu pada obyek (keindahan yang obyektif)
b. Definisi-definisi yang bertumpu pada subyek (keindahan yang subyektif)
Atas dasar kedua pokok penilaian itu, keindahan dapat ditinjau dari makna yang obyektif dan juga dari segi subyektif. Yang dimaksud keindahan obyektif adalah keindahan yang memang pada obyeknya, yang diharuskan menerima sebagaimana mestinya. Sedangkan yang disebut keindahan subyektif adalah keindahan yang biasanya ditinjau dari segi subyek yang diharuskan menghayatinya.
Dalam hal ini keindahan adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan rasa senang pada diri si penghayat tanpa diiringi keinginan-keinginan terhadap segala sesuatu yang praktis untuk kebutuhan-kebutuhan pribadi.
Jadi keindahan itu adalah kesatuan hubungan-hubungan formal daripada pengamatan yang dapat menimbulkan rasa senang. Atau keindahan itu merangsang timbulnya rasa senang tanpa pamrih pada subyek yang melihatnya, dan bertumpu kepada cirri-ciri yang terdapat pada obyek yang sesuai dengan rasa senang.]
Menurut gambar di atas, dapat disimpulkan bahwa keindahan itu melalui 4 proses, yakni: pertama, adanya obyek yang dapat dinikmati oleh subyek. Kedua, panca indera merupakan penangkapan gambaran obyek, ini tidak hanya dilakukan oleh mata akan tetapi bisa dilakukan semua indera. Ketiga, kemudian gambaran tersebut diproses dalam pikiran manusia. Keempat, jadilah rasa suka dan munculah keindahan.



Banyak batasan tentang keindahan yang telah diutarakan oleh para ahli, antara lain:
1. Menurut Leo Tolstoy (Rusia)
Dalam bahasa Rusia terdapat istilah yang serupa dengan keindahan yaitu “krasota”, artinya suatu yang mendatangkan rasa yang menyenangkan bagi yang melihat dengan mata. Bangsa Rusia tidak memiliki pengertian keindahan untuk music. Bagi bangsa Rusia yang indah hanya yang dapat dilihat mata.
2. Menurut Alexander Baumgarten (Jerman)
Keindahan itu dipandang sebagai keseluruhan yang merupakan susunan yang teratur daripada bagian-bagian, yang bagian-bagian itu erat hubungannya satu dengan yang lain, juga dengan keseluruhan.
3. Menurut Winchelman
Keindahan itu dapat terlepas sama sekali dari pada kebaikan.
4. Menurut Humo (Inggris)
Keindahan adalah suatu yang dapat mendatangkan rasa senang.
5. Menurut Hemsterhuis (Belanda)
Yang indah adalah yang paling banyak mendatangkan rasa senang dan itu adalah yang dalam waktu sesingkat-singkatnya paling banyak memberikan pengamatan-pengamatan yang menyenangkan itu.
6. Menurut Emnanuel Kant
Meninjau keindahan dari 2 segi, pertama dari segi arti yang subyektif dan kedua dari segi arti yang obyektif.
a. Subyektif
Keindahan adalah sesuatu yang tanpa direnungkan dan tanpa sangkut paut dengan kegunaan praktis, tetapi mendatangkan rasa senang pada si penghayat.
b. Obyektif
Keserasian dari suatu obyek terhadap tujuan yang dikandungnya, sejauh obyek ini tidak ditinjau dari segi gunanya.
7. Menurut Al-Ghazali
Keindahan suatu benda terletak di dalam perwujudan dari kesempurnaan, yang dapat dikenali kembali dan sesuai dengan sifat benda itu. Disamping lima rasa(panca indera) untuk mengungkapkan keindahan di atas, Al Ghozali juga menambahkan rasa ke enam, yang disebutnya dengan jiwa(ruh, yang disebut juga sebagai spirit, jantung, pemikiran, cahaya), yang dapat merasakan keindahan dalam dunia yang lebih dalam yaitu nilai-nilai spiritual, moral dan agama.
2.2 Sejarah Perkembangan Filsafat Keindahan
Untuk mempermudah pembagian sejarah perkembangan filsafat keindahan ini, maka akan dibagi menjadi 3 periode, yakni zaman yunani kuno, zaman tiga agama monoethis, zaman modern. Adapun keterangannya sebagai berikut:
1. Zaman Yunani Kuno
Plato adalah filsuf pertama di dunia Barat yang dalam seluruh karyanya mengemukakan pandangan yang meliputi hampir semua pokok estetika, yang dibahas sepanjang sejarah filsafat sampai dewasa ini. Pandangan Plato tentang keindahan dapat dibagi menjadi dua, yang satu mengingatkan kita kepada seluruh filsafatnya tentang dunia ide, sedangkan yang lain nampaknya lebih membatasi diri pada dunia yang nyata ini.
Pandangan yang pertama, yang indah adalah benda material, umpamanya tubuh manusia yang tampak pada saya. Selanjutnya saya melihat beberapa seseorang seperti itu, pengalaman keindahan akan meningkat. Ide merupakan sumber segala keindahan.
Pandangan kedua, bahwa yang indah dan sumber segala keindaha adalah yang paling sederhana, umpamanya nada yang sederhana, warna yang sederhana. Yang dimaksud dengan sederhana ialah bentuk dan ukuran yang tidak dapat diberi batasan lebih lanjut berdasarkan sesuatu yang lebih sederhana lagi.
Sebagai murid Plato, aristoteles mengemukakan beberapa pandangan yang mirip dengan pandangan gurunya, tetapi dari sudut pandang yang sangat berbeda. Sudut pandang yang berbeda ini timbul karena Aristoteles menolak ide-ide Plato sebagai sumber pengetahuan dan adanya pengetahuan. Dia berpendapat bahwa keindahan menyangkut keseimbangan dan keteraturan ukuran yakni material. Pandangan ini menurut Aristoteles berlaku untuk benda-benda alam maupun untuk karya seni buatan manusia.
2. zaman tiga agama monotheis
Tiga agama monotheis, Yahudi,Kristiani, dan Islam, yang ketiga-tiganya berasal dari wilayah yang sekarang diberi nama Timur Tengah , sejak awal menekankan keluhuran Allah yang Maha Agung dan tak terjangkau. Sebagai implikasi dari penekanan ini, ketiganya dengan tegas menolak penyembahan berhala dalam bentuk apapun.
Kendati kesamaan itu cukup mencolok, ada perbedaan yang juga tidak sedikit, yang dapat diterangkan dalam konteks peristiwa historis. Ciri-ciri kesamaan maupun perbedaan juga menampakkan diri dalam sikap penghargaan terhadap seni dan karya seni. Dan secara lebih umum tampak dalam sikap terhadap keindahan.
Dalam tradisi bangsa yahudi, baik Abraham maupun Musa dan par5a nabi sesudahnya dipandang sebagai utusan Tuhan yang menjunjung tinggi iman. Bangsa Yahudi menghancurkan segala berhala. Dalam kerangka itu semua patung dan gambar manusia maupun hewan dilarang demi mempertahankan kemurnian iman. Salah satu akibat kenyataan di atas ialah bahwa seni rupa tidak banyak berkembang walaupun ada perhiasan tempat-tempat suci, kaligrafi, keindahan pakaian, selain itu, tentu ada mazmur, music, nyanyian dan tarian.
Di sisi lain, umat kristiani mengimplikasikan kegiatan ibadahnya tidah hanya berdoa akan tetapi melalui perantara gambar dan patung, sehingga pada masa ini banyak pembuat patung, lukisan tentang kehidupan mereka. Serta banyak hiasan dinding yang ada pada gereja dan masih banyak seni lainnya.
Sedangkan Islam juga melarang adanya patung dan gambar, walaupun demikian, pada masa ini kegiatan kesenian mengalami kemajuan yang sangat pesat. Seperti dalam bidang arsitektur masjid, istana serta benteng pertahanan. Selain itu, seni music dan tari juga berkembang pesat.
3. zaman modern
Pada zaman modern ini, filsafat dari aristoteles dan tokoh yunani lain mulai digali kembali. Yang kemudian dikembangkan menjadi suatu peradaban dengan keindahan. Mulai bermunculan para ahli di bidang kesenian, mulai seni musik sampai seni arsitektur. Pada zaman ini para seniman dan masyarakat mulai kritis terhadap suatu seni. Mereka dapat membedakan secara terperinci seni itu baik atau tidak.
2.3 Manusia dan Keindahan
Seperti yang dijelaskan diatas, bahwa manusia akan merasakan keindahan jika menyukai atau menyenangi sesuatu. Akan tetapi, hal ini bisa berdampak baik dan buruk karena tidak bisa ditebak apa yang manusia sukai. Manusia pada hakikatnya menyukai kebaikan akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa manusia juga menyukai keburukan yang termasuk perilaku menyimpang.
Dari uraian diatas maka keindahan dapat dibagi menjadi 2, yakni:
1. keindahan yang berdasarkan pada kebaikan,
keindahan yang berdasarkan kebaikan ini akan menghasilkan sifat yang lebih lanjut yaitu cinta kasih, karena rasa suka yang terus menerus akan menjadi cinta terhadap sesuatu tersebut. Cinta kasih merupakan perasaan suka seseorang terhadap sesuatu, sehingga ia rela mengorbankan dirinya untuk kepentingan sesuatu tersebut. Dilihat dari obyeknya cinta kasih dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Cinta terhadap Allah
Merupakan cinta manusia terhadap sang khaliq (pencipta), dengan adanya rasa cinta ini manusia akan lebih taat dan beriman kepada Allah. Sehingga mereka akan cenderung beribadah dan meninggalkan sesuatu yang berbau duniawi.
b. Cinta terhadap Manusia
Merupakan suatu cinta antara manusia satu dengan yang lainnya. Cinta ini bisa berdasarkan karena adanya ikatan keluarga seperti: cinta orang tua terhadap anak, bisa juga berdasarkan kasih saying terhadap pasangan karena sudah menjadi kodrat manusia bahwa mereka diciptakan berpasang-pasangan. Cinta disini timbul karena adanya rasa senang dan kebiasaan sang pelaku, seperti contoh: cintanya suami dan istri.
c. Cinta terhadap alam
Cinta terhadap alam ini juga bisa dikatakan cinta terhadap dunia. Cinta ini timbul karena rasa senang seseorang ketika melihat suatu benda. Contohnya kecintaan manusia terhadap harta benda (uang, emas, perhiasan dll), cinta terhadap dunia ini dapat menyebabkan manusia akan melupakan Tuhan mereka karena pikiran mereka telah terpengaruhi akan kehidupan dunia.
Akan tetapi disisi lain cinta terhadap ala mini juga dapat mempertebal iman seseorang, seperti: saat kita melihat kekuasaan Allah di alam ini (keindahan laut, pegunungan dll) maka orang tersebut akan senantiasa mengingat Allah selaku pencipta semua itu.
2. keindahan yang berdasarkan pada keburukan
Keburukan atau kejahatan merupakan sesuatu yang akan merugikan untuk orang lain, walaupun hal ini sangat jarang terjadi karena pada hakekatnya menyukai akan keindahan dan kebaikan. Apabila hal ini terjadi maka akan menciptakan penderitaan dan kegelisahan.
Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sangsekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat berbentuk lahir atau batin, Kita ambil contoh, dictator jerman Adolf Hitler yang sangat menyukai peperangan dan membantai orang-orang yahudi, dia menganggap bahwa yang dilakukan itu benar karena sesuai dengan kesenangannya.
Sumber-sumber penderitaan antara lain: Hakekat Manusia, manusia pada hakikatnya adalah mahluk hidup yang memiliki kepribadian yang tersusun dari perpaduan dan saling hubungan dan pengaruh-mempengaruhi antara unsur-unsur jasmani dan rohani, dan karena itu pendritaan dapat pula terjadi pada tingkat jasmani maupun rohani. Di dalam jasmani manusia terdapat 2 unsur yang selalu berhubungan, yaitu otak dan panca indra.
Rohani yang sering disebut dengan istialah lain seperti jiwa , badan halus, merupakan unsur yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindra manusia. Rohani memiliki alat dan kemampuan yaitu: nafsu , perasaan, pikiran, kemauan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. keindahan adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan rasa senang pada diri si penghayat tanpa diiringi keinginan-keinginan terhadap segala sesuatu yang praktis untuk kebutuhan-kebutuhan pribadi.
2. sejarah perkembangan filsafat keindahan ini, maka akan dibagi menjadi 3 periode, yakni zaman yunani kuno, zaman tiga agama monoethis, zaman modern.
3. bahwa manusia akan merasakan keindahan jika menyukai atau menyenangi sesuatu. Akan tetapi, hal ini bisa berdampak baik dan buruk karena tidak bisa ditebak apa yang manusia sukai. Manusia pada hakikatnya menyukai kebaikan akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa manusia juga menyukai keburukan yang termasuk perilaku menyimpang.


Sabtu, 07 April 2012

KASIH SAYANG



islam adalah agama yang penuh dengan kasih sayang di dalamnya. Dari namanya saja, Islam sudah mengandung unsur kasih sayang. Islam yang merupakan mashdar dari aslama-yuslimu, memiliki arti keselamatan. Dalam Al Quran dan Sunnah banyak disebutkan tentang kasih sayang. Hal ini menunjukkan betapa kasih sayang memiliki peran penting dalam Islam dan sangat dianjurkan untuk diamalkan. Allah berfirman dalam Al Quran:
“Sungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.”(QS. At Taubah: 128)
 Dalam sebuah hadits juga disebutkan bahwa Rasulullah saw sendiri memerintahkan ummatnya untuk saling menebarkan kasih sayang, karena niscaya itu akan membuatnya disayang oleh seluruh penduduk bumi dan langit.
 Namun yang sangat disayangkan, bahwa kini konsep kasih sayang itu seakan hilang dan dengan suksesnya dijauhkan dari agama Islam. Padahal, Islam adalah satu-satunya agama yang sangat menjunjung tinggi kasih sayang terhadap sesama. Nabi Muhammad saw bersabda, “ Sesungguhnya kasih sayang itu cabang (penghubung) kepada Allah SWT. Barang siapa yang menyambungnya,maka Allah akan menyambung (kasih sayang-Nya) dengannya. Dan barang siapa yang memutuskannya, maka Allah akan memutus (kasih sayang-Nya) dengannya.” (HR. Bukhori)
 Maka sudah seharusnya setiap muslim menunjukkan identitasnya dengan menempelkan symbol kasih sayang yang selalu diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Malu rasanya jika melihat aksi-aksi terror yang marak terjadi malah disandarkan kepada beberapa golongan dari umat muslim sendiri, bahkan salah satu bom diledakkan di masjid dan di tengah berkumpulnya umat Islam ketika melaksanakan shalat jumat!
 Jadi, sangatlah penting kembali menanamkan dan memupuk rasa kasih sayang dalam jiwa tiap muslim. Rasa kasih sayang hendaknya diniatkan karena Allah semata. Makna kasih sayang tidaklah berhujung, rasa kasih sayang adalah fithroh, karena pada dasarnya tiap manusia menyukai ketenangan dan kasih sayang dalam kehidupannya. Kalau tidak mengaplikasikan kasih sayang dalam kehidupannya, sudah pasti manusia tidak akan bisa berkembang.
 Mewujudkan kasih sayang bisa dimulai dari sendiri, lalu kemudian menyebarkannya kepada siapa dan apa saja yang ada di sekeliling kita, terutama kepada saudara sesama muslim. Hendaknya rasa kasih sayang itu senantiasa ditunjukkan. Rasulullah saw bersabda, "Perumpamaan orang-orang Mukmin dalam hal kecintaan, kasih-sayang dan belas kasihan sesama mereka, laksana satu tubuh. Apabila sakit satu anggota dari tubuh tersebut maka akan menjalarlah kesakitan itu pada semua anggota tubuh itu dengan menimbulkan insomnia (tidak boleh tidur) dan demam (panas dingin)." (HR. Muslim)
 Ada sebuah kisah yang sangat menyentuh dari konsep kasih sayang dalam Islam ini, yang disandarkan dari Rasulullah saw, yang kita ketahui dari ayat yang telah saya sebutkan di awal tulisan ini, bahwa beliau merupakan contoh sosok yang dikirim Allah swt yang memiliki sifat penyayang kepada orang mukmin. Dan ini bukan omong kosong semata.
 Diceritakan pada kejadian Fathul Makkah (pembukaan kota Makkah). Ketika Nabi dan para sahabatnya berhasil kembali membuka kota Makkah pada tanggal 10 ramadlan tahun 8 Hijriyah. Kejadian ini diabadikan dalam Al Quran dan disebut sebagai ‘fathan mubiinaa’ (kemenangan yang nyata). Ketika itu pasukan Islam dari Madinah masuk ke kota Makkah dengan damai dan tanpa peperangan, mereka diizinkan Allah untuk mendapatkan kemenangan besar yang selama ini ditunggu-tunggu. Ketika itu Rasulullah berpidato kepada ribuan tawanan perang.
“...wahai manusia, hari ini bukanlah hari pembantaian, melainkan hari ini adalah hari kasih sayang, dan kalian semua merdeka untuk kembali ke keluarga masing-masing…”
 Pasukan Islam mendengar pidato dari Rasulullah tersebut langsung terkejut. Bagaimana mungkin, perjuangan mereka selama ini, yang taruhannya adalah nyawa, juga diperhinakan cukup lama, namun ketika kemenangan sudah di genggaman tangan, Rasulullah malah membebaskan musuh. Tidak itu saja, bahkan Rasulullah memerintahkan untuk memberikan rampasan perang dan pelbagai harta, juga ribuan onta kepada para tawanan. Sementara itu pasukan Islam tidak memperoleh apa-apa.
 Para pasukan Islam pun mengeluh dan mengajukan protes kepada Nabi. Lalu mereka dikumpulkan dan ditanya langsung oleh Nabi, “Sudah berapa lama kalian bersahabat denganku?”
 Spontan mereka menjawab, “Sekian tahun, sekian tahun.”
 Kemudian Nabi melanjutkan pertanyaannya, “Selama kalian bersahabat denganku, apakah menurut hati kalian aku ini mencintai kalian atau tidak mencintai kalian?” Dan Nabi mengakhiri pertanyaannya, “Kalian memilih mendapatkan unta atau memilih cintaku kepada kalian?”
 Para sahabat pun menangis karena cinta Rasulullah kepada mereka, cinta yang tidak bisa ditandingi oleh bumi dan langit sekalipun.
 Begitulah sobat, bukti nyata dari tingginya rasa kasih sayang Nabi dan penerapannya langsung yang bahkan ditujukan untuk musuhnya yang selama ini telah menghinakan beliau. Namun dari situ Nabi ingin menunjukkan kepada para musuh Islam, bahwa Islam adalah agama yang penuh dengan kasih sayang. Dan dengan itu, Nabi berharap bisa mengenyuhkan mereka dan berbelok memeluk Islam melihat lembutnya Islam dan ummat muslim.
 Semoga kita terus dilimpahkan ma’unahNya untuk bisa menyebarkan kasih sayang pada siapa dan apa saja di sekeliling kita, tentu dengan niat lillaahi ta’laa. Amiin ya Rabbal’aalamiin.

Wallahu a’lam,
Semoga bermanfaat.