Bab III
Pembahasan
A)Siapa sebenarnya manusia itu?
Manusia
secara bahasa disebut juga insan yang dalam bahasa arabnya, yang berasal dari
kata nasiya yang berarti lupa dan jika dilihat dari kata dasar al-uns yang
berarti jinak. Kata insan dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia
memiliki sifat lupa dan jinak artinya manusia selalu menyesuaikan diri dengan
keadaan yang baru disekitarnya. Manusia cara keberadaannya yang sekaligus
membedakannya secara nyata dengan mahluk yang lain. Seperti dalam kenyataan
mahluk yang berjalan diatas dua kaki, kemampuan berfikir dan berfikir tersebut
yang menentukan manusia hakekat manusia. Manusia juga memiliki karya yang
dihasilkan sehingga berbeda dengan mahluk yang lain. Manusia dalam memiliki
karya dapat dilihat dalam seting sejarah dan seting psikologis situasi
emosional an intelektual yang melatarbelakangi karyanya. Dari karya yang dibuat
manusia tersebut menjadikan ia sebagai mahluk yang menciptakan sejarah. Manusia
juga dapat dilihat dari sisi dalam pendekatan teologis, dalam pandangan ini
melengkapi dari pandangan yang sesudahnya dengan melengkapi sisi trasendensi
dikarenakan pemahaman lebih bersifat fundamental. Pengetahuan pencipta tentang
ciptaannya jauh lebih lengkap dari pada pengetahuan ciptaan tentang dirinya.
Dan
sebagaimana yang telah Allah jelaskan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan-Nya
yang paling mulia di antara makhluk yang lain.
Berbicara
tentang manusia maka yang tergambar dalam fikiran adalah berbagai macam
perfektif, ada yang mengatakan masnusia adalah hewan rasional (animal rasional)
dan pendapat ini dinyakini oleh para filosof. Sedangkan yang lain menilai
manusia sebagai animal simbolik adalah pernyatakan tersebut dikarenakan manusia
mengkomunikasikan bahasa melalui simbol-simbol dan manusia menafsirkan
simbol-simbol tersebut. Ada yang lain menilai tentang manusia adalah sebagai
homo feber dimana manusia adalah hewan yang melakukan pekerjaan dan dapat gila
terhadap kerja. Manusia memang sebagai mahluk yang aneh dikarenakan disatu
pihak ia merupakan “mahluk alami”, seperti binatang ia memerlukan alam untuk
hidup. Dipihak lain ia berhadapan dengan alam sebagai sesuatu yang asing ia
harus menyesuaikan alam sesuai dengan kebutuh-kebutuhannya. Manusia dapat
disebut sebagai homo sapiens, manusia arif memiliki akal budi dan mengungguli
mahluk yang lain. Manusai juga dikatakan sebagai homo faber hal tersebut
dikarenakan manusia tukang yang menggunakan alat-alat dan menciptakannya. Salah
satu bagian yang lain manusia juga disebut sebagai homo ludens (mahluk yang
senang bermain).
Masalah
manusia adalah terpenting dari semua masalah. Peradaban hari ini didasarkan
atas humanisme, martabat manusia serta pemujaan terhadap manusia. Ada pendapat
bahwa agama telah menghancurkan kepribadian manusia serta telah memaksa
mengorbankan dirinya demi tuhan. Agama telah memaksa ketika berhadapan dengan
kehendak Tuhan maka manusia tidak berkuasa.
Manusia
menurut Paulo Freire mnusia merupakan satu-satunya mahluk yang memiliki
hubungan dengan dunia. Manusia berbeda dari hewan yang tidak memiliki sejarah,
dan hidup dalam masa kini yang kekal, yang mempunyai kontak tidak kritis dengan
dunia, yang hanya berada dalam dunia.
Itulah
berbagai jawaban ketika ditanya siapa manusia itu sebenarnya. Banyak jawaban
berbeda yang akan kita dapatkan.Dan terkadang bisa jadi antara pendapat satu
dengan yang lain saling bertentangan.Ada yang mengatakan bahwa manusia dengan
kekuatannya sendiri dapat melakukab segalanya.Namun di sisi lain ada juga yang
berpendapat bahwa manusia hanya mengikuti takdir yang berlaku pada
dirinya.Kedua pendapat yang bertentangan itu akan membingungkan jika tidak kita
hadapi dengan bijak.
Menurut
Islam,manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia di antara makhluk
ciptaan-Nya yang lain yang dipercaya untuk menjadi khalifah di muka bumi.Dengan
segala usaha,kerja keras,dan do’a manusia dapat menemukan jalan kehidupannya
sendiri,kecuali pada beberapa ketetapan yang tak bisa
diubah(rezeki,mati,jodoh).
Sebagaimana firman Allah dalam Surat Ar’ad ayat 11
“…Sesungguhnya
Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan
diri mereka sendiri.Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu
kaum,maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung mereka selain
Dia.”
B.
KONSEP MANUSIA
1. Pengertian Manusia Menurut Al-Qur’an
Apa dan siapa sebenarnya manusia itu? Manusia adalah makhluk
ciptaan Allah; ia berkembamg dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungannya; ia
berkecenderungan beragama. Itulah antara lain hakikat wujud manusia yang lain
ialah bahwa manusia itu adalah makhluk utuh yang terdiri atas jasmani, akal,
dan rohani sebagai potensi pokok.
Dalam Alqur'an ada 3 kata yang digunakan untuk menunjukan
arti manusia, yaitu
1. insan / ins / annas
2. basyar
3. bani adam / dzurriyat adam
Sedangkan yang paling banyak di jelaskan dalam alquran
adalah Basyar dan insan . kata Basyar menunjukan manusia dari sudut
lahiriyahnya ( fisik) serta persamaanya dengan manusia seluruhnya , sepeti
firman Allah dalam surat Al-Anbiya : 34-35
"kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang
manusiapun sebelum kamu ( Muhamad ) maka apabila kamu mati apakah mereka akan
kekal ? tiap - tiap yang berjiwa akan mati. kami akan menguji kamu dengan
kebaikan dan keburukan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada
kami kamu dikembalikan "
kata insan digunakan untuk menunjuk manusia dengan segala
totalitasnya , fisik psikis, jasmani dan rohani. di dalam diri manusia terdapat
tiga kemampuan yang sangat potensial untuk membentuk struktur kerohaniahan ,
yaitu nafsu , akal dan rasa.
nafsu merupakan tenaga potensial yang berupa dorongan untuk
berbuat kreatif dan dinamis yang yang dapat berkembang kepada dua arah , yaitu
kebaikan dan kejahatan. sebagaimana Firman Allah dalam surat as-Syam 8 :
" maka allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan)
esesatan dan ketakwaan "
Akal sebagai potensi intelegensi berfungsi sebagai filter
yang menyeleksi mana yang benar dan mana yang salah yang didorong oleh nafsu
akal akan membawa manusia untuk memahami , meneliti dan menghayati alam dalam
rangka memperoleh ilmu pengetahuandan kesejahteraan . " akan tetapi Orang
- Orang yang lalim itu mengikuti hawanafsunya tanpa ilmu pengetahuan " (
Qs Arrum : 29 )
sedangkan rasa merupakan potensi yang mengarah kepada nilai
- nilai etika, estetika dan agama. " Sesungguhnya orang yang mengatakan :
tuhan kami adalah Allah, kemudian mereka berIstiqomah maka tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada pula berduka" (Qs Al Ahqaf :
13)
Ketiga potensi Dasar diatas membentuk Struktur kerohaniahan
yang berada Di dalam diri manusia yang kemudian akan membentuk manusia sebagai
insan. Konsep basyar dan insan merupakan konsep islam tentang manusia sebagai
individu . Sedangkan dalam Hubungan social Alqur’an memberikan istilah Annas
yang merupakan jamak dari kata insane dan perwujudan kualitas keinsanian
manusia ini tidak terlepas dari konteks sosialnya dengan lingkungan.
2. Proses Kejadian Manusia
Di dalam Alqur’an Proses kejadian Manusia dapat di jelaskan
sebagai berikut :
1. Manusia
diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, ( Qs Al Hijr : 28 )
2.Dari segumpal
tanah lalu menjadi nutfah ( didalam rahim ), segumapl darah, segumpal daging,
tulang dibungkus dengan daging dan akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna
(Qs Almukminun ; 12-14 )
3. Ditiupakn Ruh (Qs Alhijr : 29 )
4.Sebelum ruh
ditiupkan , ketika masih di alam ruh manusia telah berjanji mentauhidkan Allah
(Qs Al A’raf : 172 )
Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan
mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan
Sualalah. Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari
bermacam-macam unsure kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan
dalam proses selanjutnya, al-Quran tidak menjelaskan secara rinci. Manusia yang
sekarang ini, prosesnya dapat diamati meskipun secara bersusah payah.
Berdasarkan pengamatan yang mendalam dapat diketahui bahwa manusia dilahirkan
ibu dari rahimnya yang proses penciptaannya dimulai sejak pertemuan antara
permatozoa dengan ovum.
Ayat-ayat yang menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari
tanah, umumnya dipahami secara lahiriah. Hal ini itu menimbulkan pendapat bahwa
manusia benar-benar dari tanah, dengan asumsi karena Tuhan berkuasa , maka
segala sesuatu dapat terjadi.
Akan tetapi ada sebagian umat islam yang berpendapat bahwa
Adam bukan manusia pertama. Pendapat tersebut didasarkan atas asumsi bahwa:
Ayat-ayat yang menerangkan bahwa manusia diciptakan dari
tanah tidak berarti bahwa semua unsure kimia yang ada dalam tanah ikut
mengalami reaksi kimia. Hal itu seperti pernyataan bahwa tumbuh-tumbuhan bahan
makanannya dari tanah, karena tidak semua unsur kimia yang ada dalam tanah ikut
diserap oleh tumbuh-tumbuhan, tetapi sebagian saja. Oleh karena itu bahan-bahan
pembuk manusia yang disebut dalam al-Quran hanya merupakan petunjuk manusia
yang disebut dalam al-Quran , hanya merupakan petunjuk dimana sebenarnya
bahan-bahan pembentuk manusia yaitu ammonia, menthe, dan air terdapat, yaitu
pada tanah, untuk kemudian bereaksi kimiawi. Jika dinyatakan istilah “Lumpur
hitam yang diberi bentuk” (mungkin yang dimaksud adalah bahan-bahan yang
terdapat pada Lumpur hitam yang kemudian diolah dalam bentuk reaksi kimia).
Sedangkan kalau dikatakan sebagai tembikar yang dibakar , maka maksudnya adalah
bahwa proses kejadiannya melalui oksidasi pembakaran. Pada zaman dahulu tenaga
yang memungkinkan terjadinya sintesa cukup banyak dan terdapat di mana-mana
seperti panas dan sinar ultraviolet.
Ayat yang menyatakan ( zahir ayat ) bahwa jika Allah
menghendaki sesuatu jadi maka jadilah ( kun fayakun ), bukan ayat yang menjamin
bahwa setiap yang dikehendaki Allah pasti akan terwujud seketika. Dalam hal ini
harus dibedakan antara kalimat kun fayakun dengan kun fa kana. Apa yang dikehendaki
Allah pasti terwujud dan terwujudnya mungkin saja melalui suatu proses. Hal ini
dimungkinkan karena segala sesuatu yang ada didunia juga mengalami prosi yang
seperti dinyatakan antara lain dalam surat al-A’la 1-2 dan Nuh 14.
Jika diperhatikan surat Ali Imran 59 dimana Allah menyatakan
bahwa penciptaan Isa seperti proses penciptaan Isa seperti proses penciptaan
Adam, maka dapat menimbulkan pemikiran bahwa apabila isa lahir dari sesuatu
yang hidup, yaitu maryam, maka Adam lahir pula dari sesuatu yang hidup
sebelumnya. Hal itu karena kata “tsumma” yang berarti kemudian, dapat juga
berarti suatu proses.
Perbedaan pendapat tentang apakah adam manusia pertama atau
tidak, diciptakan langsung atau melalui suatu proses tampaknya tidak akan ada
ujungnya karena masing-masing akan teguh pada pendiriannya. Jika polemik ini
senantiasa diperpanjang, jangan-jangan hanya akan menghabiskan waktu dan tidak
sempat lagi memikirkan tentang status dn tugas yang telah ditetapkan Allah pada
manusia al-Quran cukup lengkap dalam memberikan informasi tentang itu.
Untuk memahami informasi tersebut secara mendalam, ahli-ahli
kimi, biologi, dan lain-lainnya perlu dilibatkan, agar dalam memahami ayat-ayat
tersebut tidak secara harfiah. Yang perlu diingatkan sekarang adalah bahwa
manusia oleh Allah, diharapkan menjadi khalifah ( pemilih atau penerus ajaran
Allah ). Status manusia sebagai khalifah , dinyatakan dalam al-baqarah 30. kata
khalifah berasal dari kata khalafa yakhlifu khilafatan atau khalifatan yang
berarti meneruskan, sehingga kata khalifah dapat diartikan sebagai pemilih atau
penerus ajaran Allah. Kebanyakan umat Islam menerjemahkan dengan pemimpin atau
pengganti, yang biasanya dihubunkan dengan jabatan pimpinan umat islam sesudah
Nabi Muhammad saw wafat , baik pimpinan yang termasuk khulafaurrasyidin maupun
di masa Muawiyah-‘Abbasiah.
Perlu diingat bahwa istilah khalifah pernah dimunculkan Abu
bakar pada waktu dipercaya untuk memimpin umat islam. Pada waktu itu beliau
mengucapkan inni khalifaur rasulillah, yang berarti aku adalah pelanjut sunah
rasulillah. Dalam pidatonya setelah diangkat oleh umat islam, abu bakar antara
lain menyatakan “selama saya menaati Allah, maka ikutilah saya, tetapi apabila
saya menyimpang , maka luruskanlah saya”. Jika demikian pengertian khalifah, maka
tidak setiap manusia mampu menerima atau melaksanakan kekhalifahannya. Hal itu
karena kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua orang mau memilih ajaran Allah.
Dalam penciptaannya manusia dibekali dengan beberapa unsure
sebagai kelengkapan dalam menunjang tugasnya. Unsur-unsur tersebut ialah :
jasad ( al-Anbiya’ : 8, Shad : 34 ). Ruh (al-Hijr 29, As-Sajadah 9, Al-anbiya’
:91 dan lain-lain); Nafs (al-Baqarah 48, Ali Imran 185 dan lain-lain ) ; Aqal (
al-Baqarah 76, al-Anfal 22, al-Mulk 10 dan lain-lain); dan Qolb ( Ali Imran
159, Al-Ara’f 179, Shaffat 84 dan lain-lain ). Jasad adalah bentuk lahiriah
manusia, Ruh adalah daya hidup, Nafs adalah jiwa , Aqal adalah daya fakir, dan
Qolb adalah daya rasa. Di samping itu manusia juga disertai dengan sifat-sifat
yang negatif seperti lemah ( an-Nisa 28 ), suka berkeluh kesah ( al-Ma’arif 19
), suka bernuat zalim dan ingkar ( ibrahim 34), suka membantah ( al-kahfi 54 ),
suka melampaui batas ( al-‘Alaq 6 ) suka terburu nafsu ( al-Isra 11 ) dan lain
sebagainya. Hal itu semua merupakan produk dari nafs , sedang yang dapat
mengendalikan kecenderungan negatif adalah aqal dan qolb. Tetapi jika hanya
dengan aqal dan qolb, kecenderungan tersebut belum sepenuhnya dapat terkendali,
karena subyektif. Yang dapat mengendalikan adalah wahyu, yaitu ilmu yang
obyektif dari Allah. Kemampuan seseorang untuk dapat menetralisasi
kecenderungan negatif tersebut ( karena tidak mungkin dihilangkan sama sekali )
ditentukan oleh kemauan dan kemampuan dalam menyerap dan membudayakan wahyu.
Berdasarkan ungkapan pada surat al-Baqarah 30 terlihat suatu
gambaran bahwa Adam bukanlah manusia pertama, tetapi ia khalifah pertama. Dalam
ayat tersebut, kata yang dipakai adalah jaa’ilun dan bukan khaaliqun. Kata
khalaqa mengarah pada penciptaan sesuatu yang baru, sedang kata ja’ala mengarah
pada sesuatu yang bukan baru,dengan arti kata “ memberi bentuk baru”. Pemahaman
seperti ini konsisten dengan ungkapan malaikat yang menyatakan “ apakah engkau
akan menjadikan di bumi mereka yang merusak alam dan bertumpah darah?” ungkapan
malaikat tersebut memberi pengertian bahwa sebelum adam diciptakan, malaikat
melihat ada makhluk dan jenis makhluk yang dilihat adalah jenis yang selalu
merusak alam dan bertumpah darah. Adanya pengertian seperti itu dimungkinkan,
karena malaikat tidak tahu apa yang akan terjadi pada masa depan, sebab yang
tahu apa yang akan terjadi dimasa depan hanya Allah.
Dengan demikian al-Quran tidak berbicara tentang proses
penciptaan manusia pertama. Yang dibicarakan secara terinci namun dalam
ungkapan yang tersebar adalah proses terciptanya manusia dari tanah, saripati
makanan, air yang kotor yang keluar dari tulang sulbi, alaqah, berkembang
menjadi mudgah, ditiupkannya ruh, kemudian lahir ke dunia setelah berproses
dalam rahim ibu. Ayat berserak, tetapi dengan bantuan ilmu pengetahuan dapat
dipahami urutannya. Dengan demikian, pemahaman ayat akan lebih sempurna jika
ditunjang dengan ilmu pengetahuan.
Oleh karena al-Quran tidak bicara tentang manusia pertama.
Biarkanlah para saintis berbicara tentang asal-usul manusia dengan usaha
pembuktian yang berdasarkan penemuan fosil. Semua itu bersifat sekedar
pengayaan saint untuk menambah wawasan pendekatan diri pada Allah. Hasil
pembuktian para saintis hanya bersifat relatif dan pada suatu saat dapat
disanggah kembali, jika ada penemuan baru.
3. Persamaan dan perbedaan manusia dengan makhluk lain
Dibanding makhluk lainnya manusai mempunyai
kelebihan-kelebihan. Kelebihan-kelebihan itu membedakan manusia dengan makhluk
lainnya. Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang
bagaimanapun, baik didarat, dilaut, maupun diudara. Sedangkan binatang bergerak
diruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak didarat dan dilaut,
namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa melampaui manusia.
Mengenai kelebihan manusia atas makhluk lain dijelaskan surat al-Isra’ ayat 70.
Disamping itu, manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat
memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa al-Quran menurut sunah rasul.
Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan
sebaik-baiknya (at-Tiin : 95:4). Namun demikian, manusia akan tetap bermartabat
mulia kalau mereka sebagai khalifah ( makhluk alternatif ) tetap hidup dengan
ajaran Allah ( QS. Al-An’am : 165 ). Karena ilmunya itulah manusia dilebihkan (
bisa dibedakan ) dengan makhluk lainny.
Jika manusia hidup dengn ilmu selain ilmu Allah, manusia
tidak bermartabat lagi. Dalam keadaan demikian manusia disamakan dengan
binatang, “mereka itu seperti binatang ( ulaaika kal an’aam ), bahkan lebih
buruk dari binatang ( bal hum adhal ). Dalam keadaan demikian manusia
bermartabat rendah ( at-Tiin : 4 ).
C)Tujuan manusia diciptakan
Menurut Al-Qur’an Tuhan berfirman :
Adz-Dzaariyaat (51 ayat 56) :
“dan tidak aku jadikan jin dan manusia kecuali hanya
untuk beribadah
kepada-Ku.”
Awal ibadah ialah tafakur dan berdiam diri, selain untuk
mengingat
Alloh.. Sebenarnya bertafakur satu jam lamanya adalah lebih baik dari
pada beribadah selama satu tahun
Sebaik-baiknya Ibadah adalah bertafakur tentang Alloh dan
kekuasaan-
Nya. Tafakur merupakan kunci untuk membuka pintu Ma’rifat dan
mempelajari Rohani yang tersembunyi.
Arti ibadah :
Ketahuilah bahwa bebas dari kesibukan lain demi
tenggelamnya dalam
ibadah dapat terjadi bila memiliki waktu yang luang dan hati yang
masih kosong . dan ini merupakan salah satu hal amat penting dalam
ibadah, yang tampa hal ini kehadiran hati tidak mungkin terjadi, dan
ibadah yang dilakukan tampa kehadiran hati tidak ada nilainya.
Yang membuat hati hadir itu ada dua. Yang pertama adalah
memiliki
waktu yang luang dan hati yang masih belum disibukan oleh apapun.
Sedangkan yang ke dua adalah membuat hati memahami penting ibadah,
yang dimaksud waktu luang’ adalah kita harus menyisihkan waktu kita
khusus untuk Ibadah di mana kita harus mencurahkan diri semata-mata
untuk ibadah tanpa di ganggu pemikiran atau kesibukan lain.
Berikut ini kami mencoba menjelaskan pokok persoalan ini.
Orang yang saleh tentu akan memperhatikan waktu waktu
ibadahnya dalam
keadaan apapun. Tentu saja dia akan memperhatikan waktu-waktu shalat,
yang merupakan tindakan ibadah yang penting, dan melaksanakannya,
dengan sebaik-baiknya, tidak memikirkan pekerjaan lain selama waktu-
waktu itu.
Dan bila beribadah, itu dilakukan dengan tak
bersungguh-sungguh atau
asal-asalan saja, karena menganggap ibadah sebagai menghalangi apa
yang dibayangkannya sebagai tugas penting.
Namun ibadah semacam itu bukan saja tidak memiliki
kecemerlangan
spiritual, namun juga patut mendapat murka Alloh, dan orang seperti
itu adalah orang yang meremehkan shalat dan mengabaikannya.
Aku berlindung kapada Alloh dari meremehkan Shalat dan
dari tidak
memberikan makna yang sepatutnya kepada shalat.
D)Untuk
siapa manusia hidup?
Ada caranya untuk mengabdi dan beribadah kepada tuhan
yang benar,
beribadah kepada tuhan dapat dibagi dalam tiga tahap :
Tahap I. Bekerjalah untukku.
Engkau harus mengerti bahwa pekerjaan apapun yang kau
lakukan di dunia
ini hal itu telah terkait dengan tuhan (Alloh) karena Dia adalah
penguasa tertinggi di Dunia.
Al-Insaan (76 Ayat 30 ):
“Dan tiadalah kamu berkehendak kecuali yang di kendaki
Alloh.
Sesungguhnya Alloh adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Tahap II. Semata-mata demi aku.
Apapun yang kau kerjakan tidak kau lakukan untuk kebaikan
untuk dirimu
sendiri. Siapakah engkau sebenarnya ?
Tuhan berkata : “Akulah yang bersinar dalam dirimu” kata
Aku ini
timbul dari yang Esa, dari ROH itu sendiri.
“Apapun yang kau lakukan, lakukanlah bagi kepuasan-Ku,
demi Aku.
Kerjakanlah semua atas nama-KU.
Bertindaklah sebagai alat-Ku, sadarlah bahwa aemua yang
kau lakukan
hanyalah demi Aku. Disini kata “Milik-Ku atau “Aku” menunjukan ROH,
bukan badan Jasmani.
Tahap III. Berbaktilah Hanya Kepada-Ku
Engkau harus mengerti petunjuk ini.Bakti adalah
pernyataan taqwa.Emosi yang dinamakan taqwa memancar dari ROH.Taqwa yang
sebenarnya berarti bakti, adalah sebutan untuk ROH.
Prinsip taqwa yang memancar dari lubuk hati ini harus
menjiwai setiap perbuatan, perkataan dan pikiran.Hal ini akan terjadi bila
engkau beranggapan bahwa segala sesuatu yang kau lakukan, katakana dan
pikirkan, hanya kau perbuat untuk
menyenangkan Tuhan saja. Tidur, makan dan berbagai kegiatan dalam kehidupan
sahari-hari kau lakukan karena cinta kepada Aku dan Aku timbul dari ROH.
Al-An’aam (6 ayat 162)
Katakanlah, “Sesungguhnya Shalatku, ibadahku, hidup
dan matiku
(hanyalah) untuk Alloh, Tuhan semesta alam”.
Jadi,seluruh
kehidupan kita ini sebenarnya hanyalah untuk Allah. Ibadah,
kerja,belajar,shalat,mati,dan semuanya hanyalah untuk Allah.Dan semua itu
memang milik Allah semata.
E.
TANGGUNG JAWAB MANUSIA SEBAGAI HAMBA DAN KHALIFAH
1. Tanggungjawab Manusia Sebagai Hamba.
Allah SWT dengan kehendak kebijaksanaanNya telah mencipta
makhluk-makhluk yang di tempatkan di alam penciptaanNya. Manusia di antara
makhluk Allah dan menjadi hamba Allah SWT. Sebagai hamba Allah tanggungjawab
manusia adalah amat luas di dalam kehidupannya, meliputi semua keadaan dan
tugas yang ditentukan kepadanya.
Tanggungjawab manusia secara umum digambarkan oleh
Rasulullah SAW di dalam hadis berikut. Dari Ibnu Umar RA katanya; “Saya
mendengar Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud:
“Semua orang dari engkau sekalian adalah pengembala dan
dipertanggungjawabkan terhadap apa yang digembalainya. Seorang laki-laki adalah
pengembala dalam keluarganya dan akan ditanya tentang pengembalaannya. Seorang
isteri adalah pengembala di rumah suaminya dan akan ditanya tentang
pengembalaannya.Seorang khadam juga pengembala dalam harta tuannya dan akan
ditanya tentang pengembalaannya. Maka semua orang dari kamu sekalian adalah
pengembala dan akan ditanya tentang pengembalaannya.”
(Muttafaq ‘alaih)
Allah mencipta manusia ada tujuan-tujuannya yang tertentu.
Manusia dicipta untuk dikembalikan semula kepada Allah dan setiap manusia akan
ditanya atas setiap usaha dan amal yang dilakukan selama ia hidup di dunia.
Apabila pengakuan terhadap kenyataan dan hakikat wujudnya hari pembalasan telah
dibuat maka tugas yang diwajibkan ke atas dirinya perlu dilaksanakan.
2. Manusia Sebagai Khalifah Allah.
Antara anugerah utama Allah kepada manusia ialah pemilihan
manusia untuk menjadi khalifah atau wakilNya di bumi. Dengan ini manusia
berkewajipan menegakkan kebenaran, kebaikan, mewujudkan kedamaian, menghapuskan
kemungkaran serta penyelewengan dan penyimpangan dari jalan Allah.
Firman Allah SWT :
Artinya :
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat:
Sesungguhnya Aku jadikan di bumi seorang Khalifah. Berkata Malaikat: Adakah
Engkau hendak jadikan di muka bumi ini orang yang melakukan kerusakan dan
menumpahkan darah, sedangkan kami sentiasa bertasbih dan bertaqdis dengan
memuji Engkau? Jawab Allah: Aku lebih mengetahui apa yang kamu tidak ketahui.”
(Al-Baqarah:30)
Di kalangan makhluk ciptaan Allah, manusia telah dipilih
oleh Allah melaksanakan tanggungjawab tersebut. Ini sudah tentu kerana manusia
merupakan makhluk yang paling istimewa.
Firman Allah SWT :
“Sesungguhnya Kami telah kemukakan tanggungjawab amanah
(Kami) kepada langit dan bumi serta gunung-ganang (untuk memikulnya), maka
mereka enggan memikulnya dan bimbang tidak dapat menyempurnakannya (kerana
tidak ada pada mereka persediaan untuk memikulnya); dan (pada ketika itu)
manusia (dengan persediaan yang ada padanya) sanggup memikulnya. (Ingatlah)
sesungguhnya tabiat kebanyakan manusia adalah suka melakukan kezaliman dan suka
pula membuat perkara-perkara yang tidak patut dikerjakan.”
(Al-Ahzab: 72)
Optimalisasi Kemampuan
Dengan berbagai kelebihan tersebut, sangat penting bagi
manusia untuk dapat mengembangkan diri dan mengoptimalkan kemampuanya.
Optimalisasi kemampuan tercermin dalam pemanfaatan kemampuan dari manusia itu sendiri
terhadap potensi-potensi yang dimilikinya. Manusia diberikan kelebihan fisik
tersebut guna memasimalkan tugas kekhalifahan di bumi. Dengan otak manusia
diharapkan kehidupan di bumi secara umum dapat berkembang dengan baik dan
terjaga dari kerusakan. Dengan tangan, manusia diharapkan memiliki kemampuan
mencipta, dalam arti memnafaatkan potensi sumber daya dari Allah. Dengan lisan
manusia diharapkan memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Dari hal-hal
tersebut di atas maka jelaslah bahwa optimalisasi kemampuan tercermin dari
optimalisasi potensi materi yang dimiliki oleh manusia dari Allah. Sekarang
kita bisa melihat hasilnya yaitu dengan adanya kapal, pesawat terbang, motor,
mobil, dan teknologi lainnya yang dapat dimanfaatkan untuk kemashlahatan makhluk-
manusia, hewan, dan tumbuhan.
Optimalisasi Pemanfaatan Sumber Daya Alam
Sesungguhnya semua fasilitas yang sudah tersedia di dunia
secara gratus seperti tumbuhan, binatang, angin, udara, air dan apapun adalah
untuk manusia. Tentunya hal tersebut dimaksudkan untuk membantu kekhalifahan
manusia di bumi. Allah berkali-kali mengatakan bahwa dalam melakukan sesuatu
hal, janganlah pernah melampaui batas. Artinya manusia harus bisa berlaku
normal sebagaimana adanya. Allah mengatakan bahwasanya potensi-potensi alam itu
tidak akan pernah habis tetapi hal tersebut berlaku apabila manusia
memnafaatkan dengan sewajarnya. Namun, kejadian sekarang ini, akibat pengaruh
industrialisasi, seluruh potensi alam hampir habis di serap untuk kepentingan
manusia tanpa berpikir baik buruknya sehingga terjadi ketidakseimbangan dalam
ekosistem. Sesungguhnya hal tersebut tidak harus terjadi apabila manusia taat
dan patuhpada perintah Allah. Janganlah melampaui batas.
Optimalisasi alam bukanlah dengan tindakan mengeruk
sebanyak-banyaknya potensi alam semesta. Akan tetapi, optimalisasi sebenarnya
dimaksudkan untuk mengatur semaksimal mungkin perihal pengelolaan alam.
Sehingga tidak terjadi ketidakseimbangan ekosistem. Hutan tidak akan habis
hanya oleh karena alasan industrialisasi atau perluasan masalah tempat tinggal.
Dengan potensi otak manusia telah diberi akal untuk berpikir bagaimana
menyeimbangakan segala potensi kehidupan dan alam semesta.
Walaupun Al Quranul Karim telah memberitahu tugas dan
tanggungjawab manusia di dunia ini dan diberitahu mereka yang menunaikan
tanggung jawab akan masuk ke Syurga, manakala yang tidak bertanggung jawab akan
ke Neraka, namun tidak semua manusia percaya berita ini serta beriman
dengannya. Bahkan yang percaya dan beriman dengannya pun, karena tidak mampu
melawan nafsu serta mempunyai kepentingan-kepentingan peribadi, ramai yang
tidak dapat benar-benar memperhambakan diri kepada Allah dan gagal menjadi
khalifah-Nya yang mentadbir dan mengurus dunia ini dengan syariat-Nya. Karena
itulah Allah Taala berfirman dalam surat Saba 13 :
Artinya: “Sedikit sekali daripada hamba-hamba-Ku yang
bersyukur.” (Saba’: 13)
Keoptimalan peran manusia sebagai khalifah dibumi akan
tercapai dengan sempurna apabila manusia dapat memanfaatkan segala pikiran
hebatnya yang dianugerahkan dari Allah dengan menciptakan teknologi yang
canggih dengan berdasarkan nilai-nilai keilahiyahan (sifat-sifat Allah -Asmaul
Husna-) dan keislaman dengan kemampuan seni mengatur keseimbangan potensi alam
dan lainnya dengan dipimpin oleh seorang khalifah yang robbani yang memerintah
berdasarkan Syariat Islam.
Apabila hal-halk tersebut tidak tercapai seluruhnya maka
tidak pula tercapai keoptimalisasian peran kekhalifahan manusia. Kalaupun
terjadi, maka hal tersebut belum dan tidak maksimal. Jadi, pada dasarnya setiap
umat manusia mengemban tugas yang maha penting untuk memerankan kekhalifhan di
bumi.
F)TUGAS MANUSIA DI BUMI
Manusia dipercaya Allah untuk menjadi khalifah dimuka
bumi ini.Allah.Dia pernah memberi amanat kepada bumi tapi bumi tak sanggup
untuk memikulnya,begitu juga dengan gunung.Dan akhirnya manusialah yang
dipercaya unutuk mengemban amanat itu.
Sebagai
wakil Allah di bumi ini,manusia salah satu tugas manusia adalah untuk menjaga
keseimbangan kehidupan di bumi ini.Serta menjalin hubungan dengan Allah,dengan
sesama manusia,dan dengan lingkungan kehidupannya.
Wallahu ‘alam bishawab
BAB IV
PENUTUP
- Kesimpulan
Sebagai
makhluk yang dibekali dengan berbagai kelebihan jika dibandingan denagn makhluk
lain, sudah sepatutnya manusia mensyukuri anugrah tersebut dengan berbagai
cara, diantaranya dengan memaksimalkan semua potensi yang ada pada diri kita.
Kita juga dituntut untuk terus mengembangkan potensi tersebut dalam rangka
mewujudkan tugas dan tanggung jawab manusia sebagai makhluk dan khalifah di
bumi.
- Saran
Setiap manusia memiliki hak dan
kewajiban yang berbeda-beda,supaya menjadi manusia yang berguna didunia dan diakhirat,maka
penulis menyarankan agar bagi setiap umat manusia harus saling tolong menolong,
janganlah kalian bercerai berai, taatilah peraturan undang-undang dan hukum
yang berlaku di setiap negara,dan jangan lupa bagi umat muslim kita harus
selalu beribadah kepada allah SWT, mentaati peraturanya dan menjauhi
laranggannya. perbanyaklah sedekah dan janganlah kamu meninggalkan shalat serta
Zakat, sebab shalat dan zakat adalah tiket menuju jalan kebenaran dan kebaikan.